Sunday, September 18, 2011

Kecerdasan Akal Menurut Al-Qur'an

Kecerdasan adalah perihal cerdas, kesempurnaan akal budi manusia (seperti kepandaian, ketajaman pikiran). Kata kecerdasan ini diambil dari akar kata cerdas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cerdas berarti sempurna perkembangan akal budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, dan sebagainya, tajam pikiran dan sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat) biarpun kecil badannya akan tetapi tidak kurang cerdasnya. Atau dengan contoh lain: perpustakaan didirikan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat .

Ada kata lain yang dipakai untuk menunjukkan kecerdasan ini seperti rasyid ( ) Kata ini lebih mengarah kepada kecerdasan keagamaan; dan ada pula yang dikenal al rasikh ( ) yang muatan maknanya lebih dekat kepada pemahaman keagamaan.
1. Disamping itu ada kata akal, alat fikir yang terletak di otak manusia. Akal adalah daya fikir atau proses pikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan, daya akal budi, kecerdasan berfikir, atau boleh juga berarti terpelajar . Kata lain yang menunjukkan akal dalam Al-Qur an ada lebih dari 10 macam ungkapan, seperti:

 ya’qiluun artinya mereka yang berakal
 yatafakkaruun artinya mereka yang berfikir
 yatadabbaruun artinya mereka yang mempelajari
 yarauna artinya mereka yang memberi perhatian
 yanzhuruun artinya mereka yang memperhatikan,
 yabhatsuun,artinya mereka yang membahas
 yazkuruun,artinya mereka yang mengingat
 yata ammaluun artinya yang menginginkannya
 ya’lamuna,artinya mereka yang mengetahuinya
 yudrikuna,artinya mereka yang mengerti
 ya’rifuna artinya mereka yang mengenalnya
 , yaqrauuna artinya mereka yang membaca.
2. Al-Qur an adalah kitab suci agama Islam, yakni Kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Seperti tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 185.


Artinya : “Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan padanya ( awal ) alQur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan sebagai pembeda (antara yang baik dan yang buruk )……”

Atau seperti tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 2 :

“Kitab itu (Al-Qur an) tidak ada keraguan padanya;sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”.

4. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik artinya memelihara dan memberi latihan, ajaran, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan . Kata pendidikan ini berpadanan juga dengan istilah bahasa Arab dan sering digunakan, seperti Al Tarbiyah, Al ‘Aqliyah, dan Tahzibiyah.

Gabungan kata di atasmenjadi Materi Pendidikan kecerdasan akal menurut Al-Qur an adalah bahan petunjuk bidang pendidikan yang mengasah akal fikiran manusia sehingga dapat mengantarkan manusia itu kearah kecerdasan manusia dalam usaha mengubah sikap dan tata laku seseorang manusia atau kelompok manusia dalam usaha mendewasakan manusia. Sesuai dengan isi kandungan Al-Qur an. Jadi kecerdasan akal dalam Al-Qur an adalah kemampuan menggunakan nalar dan daya fikir untuk memikirkan memperhatikan ,memahami ,meneliti ,membahas,menelaah dan seterusnya tentang ciptaan dan kekuasaan Allah SWT sebagai petunjuk yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga status mereka sampai disebut dengan Ulul albab,Ulul abshar, Ulinnuha yang bermuara kepada penumbuhan aqidah dan pengakuan khasyyah.dengan kesadaran yang ikhlas.

Eksistensi Kecerdasan Akal
Sebenarnya tidak semua makhluk dilengkapi dengan akal. Yang diberi Allah SWT akal hanyalah makhluk jenis manusia saja; oleh sebab itu makhluk jenis manusia ini menjadi makhluk mulia. Ini dapat dipahami dari firman Allah surah Al-Baqarah ayat33 dan 34 tentang eksistensi manusia :



Dari ayat ini berisi perintah Allah supaya semua Malaikat dan Iblis serta Jin bersujud kepada Adam karena ia dapat menggunakan akalnya mengetahui nama-nama benda (ilmu pengetahuan). Semuanya bersujud mengakui kelebihan Adam kecuali Iblis. (Allah berfirman: ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama benda-benda ini. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu Allah berfirman bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. Dan ingatlah ketika Allah berfirman kepada para Malaikat sujudlah kamu kepada Adam maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir’, QS:Al Baqarah ayat 33 dan 34).
Demikian pentingnya pengaruh akal bagi manusia. Dan atas rahman dan rahimNya, manusia diberi akal sehingga menjadi makhluk yang mulia, yang sebaik-baik makhluk, seperti yang disebutkan Allah dalam firmanNya dalam surah At Tin ayat 4 yang artinya : sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya tapi kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya. (Attin ayat 4 dan 5).
Akal itu didukung dan dilengkapi pula dengan sarana penunjang yakni pendengaran, penglihatan, dan hati supaya mereka bersyukur. Kalimat yang terkandung pada surah Al Mukminun ayat 78 :

(Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan, dan hati. Amat sedikitlah kamu yang bersyukur).
Jadi jika ditelaah ayat diatas dapat dipahami bahwa pada diri Adam terdapat suatu khazanah pengetahuan yang luas, sebuah perpustakaan yang mengandung inti ilmu dan pengetahuan kemanusiaan, serta laboratorium yang dari Adam itu muncul kreasi yang akan dikembangkan manusia, dari penemuan-penemuan yang akan ditemukan di masa depan melalui kecerdasan-kecerdasan akal anak cucu Adam hingga datang hari kiamat.Anak cucu Adam yang suka berfikirlah yang akan mewarisi ilmu pengetahuan ini baik yang praktis maupun teoritis, yang kemudian mengembangkannya dan memanfaatkannya.
Meskipun ilmu-ilmu itu telah dibagi-bagikan kepada manusia dan masing-masing individu mendapatkannya sesuai dengan usaha pendidikan kesiapan, kemampuan, dan potensinya untuk menguasai ilmu itu, juga kesungguhan dan usahanya untuk mencarinya, namun ilmu-ilmu alamiah itu hanya secara khusus dimiliki oleh sebahagian individu dari anak cucu Adam yang ulul albab, ulul abshar atau ulinnuha itu. Mereka mendapatkan kejayaan serta kemuliaan untuk membawa bendera ilmu pengetahuan itu di dunia. (surah Al Mujadalah ayat 11 : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat). Semua itu atas kurnia Allah. Menurut pernyataan Allah Ilmu yang diberikannya kepada manusia baru sedikit (surah 17 : 85) akan tetapi subhanallah manusia sudah dapat merasakan berbagi kenikmatan dan kemudahan dalam hidupnya sehingga manusia itu dapat makan makanan yang lezat dan nikmat bila malam ada lampu listrik yang menerangi,bila mau bepergian kemana saja ada kendaraan yang mewah dan indah, bila ingin tahu peristiwa yang terjadi di pelosok mana saja dibelahan bumi ini dalam hitungan detik sudah dapat disaksikan langsung dengan nyaman dan mudah, suara dari jarak manapun sekarang sudah bisa diterima dengan mudah dalam waktu itu juga dan seterusnya.hanya saja manusia kurang bersyukur .
Menurut Bahauddin al Qubbani dalam bukunya Miskin dan Kaya dalam Pandangan Al-Qur an halaman 21 menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu diciptakan oleh Allah SWT bermacam-macam, ada ilmu ada ilmu biologi, matematika, pertanian, penelitian, dan lain-lain, dan Dia menjadikan akal siap untuk menguasainya, mengolahnya serta berusaha mendapatkannya, baik ilmu pengetahuan tentang sesuatu yang ada yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Siapa yang mempunyai bakat untuk menguasai pengetahuan atau suatu ilmu maka ia akan sampai kepada penambahan ilmu sedikit demi sedikit, sedangkan siapa yang bermalas malasan atau enggan maka orang lain yang akan merebut ilmu itu. Bukankah manusia sudah diberi potensi untuk cerdas ?
Jadi kecerdasan akal menjadi perhatian para ilmuwan karena sampai saat ini ilmu tentang kecerdasan akal ini berkembang pesat. Salah satu ilmuwan Indonesia yang menulis tentang kecerdasan akal ini adalah Ary Ginanjar Agustian. Mengutip makna kecerdasan yang ditulis oleh Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya Rahasia Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual menuliskan bahwa kecerdasan yang terdapat pada manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia itu dibagi kepada 4 macam, yaitu :
i. EQ ( Emotional Quotient ), yakni kecerdasan emosi. Yang dimaksud dengan kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang difikirkan menjadi sesuatu yang menyentuh rasa. Emosi ini biasanya ada di hati. Hati adalah sumber energi, keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati itu juga sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin, dan melayani. Hati nurani akan menjadi pembimbing terhadap sesuatu yang harus ditempuh dan sesuatu yang diperbuat. Artinya manusia sebenarnya telah memiliki sebuah radar hati sebagai pembimbingnya. KH Habib Adnan menyatakan bahwa Agama Islam adalah agama yang dibutuhkan manusia untuk mengatur radar hati ini sesuai dengan fitrah manusia. Kebenaran Islam senantiasa selaras dengan suara hati manusia. Oleh karena itu memegang teguh kata hati nurani merupakan tantangan hidup yang perlu dikembangkan. Dalam menghadapi perubahan kehidupan yang demikian cepat dan dinamis seperti sekarang ini demi mencapai kesuksesan. Jadi Ary Ginanjar berpendapat agama Islam bisa dijadikan landasan pembangunan kecerdasan emosi, yakni suara hati yang menjadi landasannya.
ii. IQ (Intelectual Quotient), yakni yang disebut dengan kecerdasan intelektual atau akal. Kecerdasan intelektual adalah kemampuan seorang manusia mendaya-gunakan akal fikirannya untuk memahami dan mengerti sesuatu. Sirajuddin Zar dalam bukunya Filsafat Islam mengutip pendapat Ibnu Bajjah tentang akal. Menurut Ibnu Bajjah akal terdiri dari dua jenis yakni yang pertama akal teoritis, yakni akal yang diperoleh berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu yang kongkrit dan abstrak; dan yang kedua akal praktis, yakni pemahaman yang diperoleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga menemukan ilmu pengetahuan .
iii. SQ (Spiritual Quotient), yakni kecerdasan spiritual. Hal ini merupakan temuan ilmiah saat ini, yakni proses syaraf otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup manusia agar lebih bermakna. Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati bersumber dari spiritual center ini yang tidak bisa ditipu oleh siapapun atau oleh apapun termasuk oleh diri kita sendiri. Ary Ginanjar mengutip pendapat Jamaluddin Rumi yang mengatakan : “mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indra penglihatan” .
iv. ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), yakni gabungan dari EQ dan SQ secara seimbang, antara rasa,fikir dan suara hati nurani. Pertama, konsep ini yang dapat mengantarkan manusia menjadi manusia unggul yang senantiasa berpusat pada prinsip atau kebenaran hakiki yang bersifat universal dan abadi. Kecerdasan gabungan ini adalah berusaha untuk berfikir jernih dengan menggunakan suara hati yang suci, bebas dari belenggu. Kedua, adanya kesadaran diri membangun alam fikir emosi secara sistematis berdasarkan rukun iman yang selaras dengan fitrah manusia dan sesuai dengan hati nurani. Ketiga, pengasahan hati yang telah terbentuk dengan menggunakan latihan dalam melaksanakan rukun islam. Keempat langkah sinergi digabungkan dengan langkah aplikasi total sehingga menimbulkan ketangguhan. Inilah yang merupakan gambaran kecerdasan emosional spiritual.

Proses Kecerdasan Akal adalah untuk mencapai tujuan
Proses yang membuat manusia menjadi cerdas itu tentu saja dengan melalui usaha,pelatihan yang berulang-ulang dan pendidikan. Cerdas dan kecerdasan yang dimaksudkan disini adalah kecerdasan intelektual yang bersumber dari Al-Qur an al Karim. Seluruh ayat Al-Qur an itu memuat petunjuk untuk meraih kecerdasan karena semua ayat tersebut adalah petunjuk bagi manusia seperti yang dinyatakan dalam surah Al Baqarah ayat 185 dan ayat 2 di atas. Baik itu untuk kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan Spiritual (SQ), dan kecerdasan emosional spiritual (ESQ). Oleh sebab itu di dalam Al-Qur an terdapat prinsip-prinsip pendidikan Islam. Pertama, menjelaskan tujuan utama kehidupan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, pada surah Az Zariyat ayat 56, yang berbunyi : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu” (Surah 51 : 56).
Kemudian yang kedua, tujuan umum keberadaan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah pada surah Al Baqarah ayat 30 :


“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : ‘sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’” ( 2: 30). Dan Al An’am ayat 165


“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaanNya dan sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang” (6 :165).
Dan yang ketiga, tujuan khusus manusia itu adalah untuk bekerja dan berusaha terdapat pada surah Al Qasas ayat 77:

Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan lupa nasibmu di dunia.


Materi Pendidikan Kecerdasan Akal dalam Al-Qur an
Adapun materi pendidikan tentang kecerdasan akal itu antara lain dapat dilihat pada :
a. Surah Al ‘Alaq ayat 1-5;

Artinya : “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Mengajar manusia tentang hal –hal yang belum diketahuinya” ( Surah 96 : 1-5).

Untuk bisa mencapai kecerdasan akal harus ada usaha membaca sesuai dengan petunjuk bahwa membaca yang mendatangkan kecerdasan adalah membaca dengan menyebut nama Tuhan Maha Pencipta dan dengan perantaraan pena serta tulisan; membaca yang tidak disandarkan kepada Tuhan Maha pencipta akan kering dari hidayah (atau Spiritual Quotient), karena orang yang berusaha mencari petunjuk pasti akan diberi petunjuk dan siapa yang ingin sesat tentu tidak mau menerima petunjuk.

b. Dalam Al-Qur an ada 12 ayat yang memuat materi seperti itu antara lain pada surah Ar Ra’du ayat 33, Al Kahfi ayat 17, Az Zumar ayat 23, Al A’raf ayat 178 dan 186, As Syura ayat 46 :



“Allah yang menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al-Qur an yang serupa lagi berulang-ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian jadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya”. ( 39: 23).
Maksud ayat diatas adalah bahwa Allah mengajar manusia dengan cara berulang-ulang supaya manusia mendapat pendidikan dan pengajaran. Bahkan dengan cara itu masih tidak semua manusia dapat menangkap dan memahaminya.Tanda-tanda orang yang menggunakan akal dan kecerdasannya menerima ayat itu digambarkan oleh Allah bahwa : bila manusia itu mengerti akan timbul rasa takut kepada Allah yakni takut akan kebesaran Allah. Takut itu ada dua macam yang pertama ada yang disebut dengan istilah khauf ( ) yakni takut karena diri nya punya kelemahan dalam menghadapi sesuatu, yang kedua adalah takut dengan istilah khasyyah ( ) yakni takut karena keagungan/keutamaan yang dimiliki sesuatu. Ulama (orang yang berilmu pengetahuan yang benar) yang cerdas yang dapat membawa kepada kondisi khasyyah itu. Oleh sebab itu Orang yang berfikir cerdas itu bisa berproses menjadi orang yang sampai kepada kondisi khasyyatillah ( ). Misalnya ilmuwan geologi (yang membahas gempa, ilmuwan kelautan, ilmuwan biologi dan bidang kedokteran, bahkan ahli apa saja dapat mengantarkannya kepada Khasyyatillah sampai terucapkan pengakuan yang indah dan ringan “subhanaka faqina ‘azabannar” bahwa Allah itu bersih dari sifat-sifat yang kurang, maka supaya terhindar dari kekurangan-kekurangan manusia perlu ada sikap dan ilmu pengetahuan.

a. Kecerdasan akal itu harus punya prinsip tidak ragu-ragu. Materi pendidikan ke arah prinsip itu lihat surah Ali ‘Imran ayat 60-63,


Artinya: bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah SWT maka janganlah hendaknya manusia itu meragukannya sehingga ia dapat mencapai kecerdasan akal. Apa yang telah kami ceritakan itu itulah yang benar maka janganlah termasuk orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu maka katakanlah; marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anakmu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah, kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.( 3: 60-62 ).

b. Kecerdasan akal itu harus menggunakan fikiran yang sehat. Materinya tercantum pada surah surah Ali Imran ayat 190 –194:




bahwa manusia yang punya kecerdasan akal adalah yang senantiasa menggunakan akalnya dalam posisi dan kondisi apa saja sepanjang waktu dalam keadaan duduk, berdiri, berbaring, yang diistilahkan dengan ulul albab sehingga daya fikirnya itu menemukan ujung kearifan dan terucaplah ucapan yang terlahir dari pengakuannya subhanaka wa qina ‘azaban naar.Maha suci Engkau (Allah) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ( 3 : 190 ).

c. Kecerdasan akal itu harus diusahakan dengan melakukan jalan penelitian. Lihat surah Az Zariyat ayat 21, Al Zukhruf ayat 51, Al Qashas ayat 72 - 73, At Thur ayat 15, bahwa untuk dapat memahami dengan mendalam serta mengetahui secara cermat harus melakukan penelitian terhadap diri sendiri tentang cara penciptaan manusia.Dan pada dirimu sendiri makaapakah kamu tidak memperhatikannya? (Surah 51 : 21)
Bagaimana Allah menciptakan sari makanan yang dimakan manusia bisa berobah menjadi kulit, rambut, alis mata, kuku, gigi, tulang, daging urat, syaraf darah, langsung berobah dengan membawa sifatnya masing-masing padahal sari makanan yang digunakan berasal dari zat yang sama, subhanallah. Kemajuan intelektual manusia dapat membuat sistem kloning yakni membuat manusia baru dari sel manusia itu sendiri dengan menggunakan proses tertentu, atau mencangkok pohon tertentu untuk menghasilkan beragam buah yang aneka warna dan rasa.

d. Kecerdasan akal itu yang diambilkan dari materi pendidikan wisata. Ini dapat dilihat pada 16 ayat Al-Qur an , antara lain pada surah Ali ‘Imran ayat 137, surah An Nahl ayat 36, surah An Naml 69, surah Al ‘Ankabut ayat 20, surah Yusuf ayat 109; bahwa dalam ayat-ayat tersebut manusia didorong untuk melakukan perjalanan wisata menyaksikan situasi dan kondisi alam yang dapat dijadikan materi pendidikan kecerdasan akal.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan ( rasul-rasul) (3 : 137)

e. Kecerdasan akal itu diambilkan dari materi pendidikan pelatihan, yakni tentang teknik pelaksanaan ibadah. Lihat surah al Baqarah ayat 183 misalnya, dalam melakukan peribadatan dapat dilihat dan dirasakan pelatihan pisik manusia dan pelatihan rohani manusia sekaligus. Pertama ketangguhan pisik maksudnya manusia yang melaksanakan ibadah puasa akan menemukan ketangguhan pisik bahwa kondisi badan yang tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu masih mampu serta kuat bekerja dan beribadah sebaik mungkin, dan yang kedua ketangguhan akal bahwa tidak semua makanan dapat dimakan pada sembarang waktu. Ada saat-saat tertentu yang mengangkat kondisi fikir kearah petunjuk yang menemukan keselarasan fikir dan bisikan nurani mencari kebenaran yang aplikasinya akan terjadi dalam kehidupan manusia.
Ketangguhan manusia dilatih untuk dapat menahan haus dan lapar, menahan dari menikmati rezki yang diberikan Allah selama waktu tertentu namun ia masih tetap kuat, bekerja, berfikir jernih dan berbuat yang terbaik sesuai aturan Allah sampai nanti ia bisa menemukan kebesaran Allah dan mendapat ketaqwaan yang indah.

f. Kecerdasan akal yang berasaskan peraturan selaras dengan kedisiplinan hidup manusia. Ini dapat dilihat pada surah Al Mudatsir ayat 1-4, Al Muzammil ayat 1-9,




Artinya: bahwa manusia harus bangun dan jangan bermalas-malas, supaya kehidupannya yang memanfaatkan umur yang relatif singkat dapat mencapai kebahagiaan dan tujuan hidup tercapai dengan baik dan nyaman. “Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di malam hari kecuali sedikit yaitu seperduanya atau kurang dari seperduanya itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu dan bacalah Al-Qur an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang. Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatlah kepadaNya dengan penuh ketekunan. Dialah Tuhan masyrik dan magrib. Tiada Tuhan melainkan Dia maka ambillah Dia sebagai pelindung”.(Almuzammil 1-9).
Dari ayat diatas tergambar pendidikan kedisiplinan mematuhitata aturan Allah dalam kehidupan rutinitas, bahwa manusia setiap hari melalui pertukaran waktu siang dan malam secara rutin maka untuk mendapatkan pendidikan kecerdasan akal maka manusia harus ikuti dan melakukan bangun, rela meninggalkan rasa kantuk, dan ingin tidur sepanjang malam dengan tekun dan sungguh. Begitu pula pada waktu subuh ,manusia cerdas rela meninggalkan selimutnya bangun ketika mendengar azan subuh bangkit dan segera menghadap allah, berjalan ke rumah Allah atau berjamaah di rumah bersama anggota keluarga. Sungguh manusia akan menemukan kebesaran Allah dalam kedisiplinan itu yang berujung kepada pengakuan alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seru sekalian alam.

g. Kecerdasan akal dapat diukur dari ujian dan penilaian. Lihat surah Al Baqarah 156 bahwa pengetahuan manusia akan dapat diukur dari pengujian sampai seberapa kuat intelektualnya dalam menyaksikan peristiwa ujian dan penilaian.
(Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan sesungguhnya semua itu datangnya dari Allah dan kembali kepada Allah, (Al baqarah ayat 156).
Dengan datangnya ujian atau musibah dan langsung dirasakan oleh manusiaakan berpengaruh terhadap pola pikir manusia, bahwamanusia yang berakal akan mengamati dan mencari tahu apa dan mengapa terjadi, yang jawabannya akan menimbulkan keyakinan bahwa tidak ada daya dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa mengatasi kekuatan Allah yang nanti akan bermuara kepada ucapan sesungguhnya semua ini kepunyaan Allah dan akan kembali kepada Allah jua

h. Tingkat kecerdasan akal itu adakalanya dipengaruhi oleh nasab dan keturunan ini dapat dilihat dari surah An Nisa ayat 22-26 yang menerangkan tidak boleh mengawini orang yang dekat hubungan nasabnya karena akan melemahkan kemampuan intelektual anak keturunan yang lahir dari nasab tersebut. (diharamkan atas kamu ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu, ibumu yang menyusukanmu, saudara perempuanmu sesusuan, mertuamu, anak-anak isterimu yang telah kamu campuri isteri, anak kandungmu dan menghimpun dua orang bersaudara, kecuali yang telah telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha penyayang, --Annisa 23).

i. Materi kecerdasan akal tentang ilmu hitung atau matematika. Ini dapat dipahami pada surah Ali Imran ayat 190: Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Di sini dikenalkan perjalanan hari untuk menghitung waktu berlalu sehingga manusia dapat menghitung tanggal, bulan, dan tahun umur manusia, atau untuk kegiatan usaha penghitungan dan hisab lainnya. Dengan memikirkan peristiwa rutinitas yang disksikannya setiap hari sampai akan muncul pengakuan alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah.

j. Materi kecerdasan akal melalui bahasa. Ada kalanya kecerdasan akal ini menggunakan materi bahasa ini dapat kita lihat pada alQur’an alkarim ayat 3 dari surah alzukhruf ;

Artinya: Sesungguhnya kami menjadikan Al-Qur an dalam bahasa Arab supaya kamu memahaminya ( Surah 43: 3 ). Kemudian pada ayat 3-4 dari surah Fushshilat:

Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui, yakni yang membawakan berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling maka mereka tidak mau mendengarkan ( Surah 41 : 3-4 ).

Untuk mengantarkan dan mentransfer ilmu pengetahuan dan kecerdasan akal ini kepada peserta didik diperlukan bahasa .Adapaun bahasa yang dipakai oleh Al-Qur an adalah bahasa Arab. Bahasa itu bermacam-macam seperti banyaknya macam suku bangsa yang ada di dunia ini sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh suatu bangsa.Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Allah menurunkan Al-Qur an itu dengan menggunakan bahasa arab. Bukankah yang menghuni dataran di seluruh benua ini manusia dengan berbagai bahasa. ? Inilah makanya di akhir ayat disampaikan pernyatan bahwa laallakum ta’qilun mudah-mudahan kamu berakal (berfikir). Jadi usaha berfikir atau menggunakan kemampuan akal mecari pengetahuan untuk dapat memikirkan kebesaran Allah sehingga terlontar lah ucapan dan decak kagum rabbana ma khlaqta haza bathila subhanaka faqina azab annnar. Ketika manusia sudah dapat melihat kejadian luar negeri dibidang kemajuan negaranya barulah terucap kalimat tadi maha suci Allah tidak ada tandingan kecerdasan yang dimiliki Allah walau seseorang manusia terkaya pun, tercantik dan lain-lain. Maka orang yang tidak mau menggunakan kemampuan akalnya maka dia akan menjadi rugi di dunia apalagi diakhirat.sesuai dengan ayat 22 surah al anfal : Sesungguhnya makhluk yang paling buruk di sisi Allah adalah orang-orang yang pekak ,bisu tuli yang tidak mengerti apa-apa ( Surah 8 :22 ) Yusuf Qardhawi menulis bahwa orang-orang yang demikian itu mendengarkan dengan telinga dan memahaminya dengan akal yang kosong karena pada hakikatnya tuli. Sementara Hamka menyatakan bahwa diantara segala binatang yang paling hina adalah binatang yang pekak bisu tuli karena tidak memakai akalnya . Yang dimaksud dengan binatang itu adalah manusia sebagai binatang merayap berkaki dua. Manusia kalau tidak menggunakan akalnya nilainya lebih hina dari binatang merayapdengan perut dan melangkah dengan kaki empat. Manusia yang pekak buta bisu itu adalah jika telinganya tidak digunakan untuk mendengar hal-hal yang disuruh Allah disangka bisu kalau mulutnya tidak untuk mengatakan yang benar; dan seterusnya.

Penutup
Materi pendidikan yang ditulis dalam Al-Qur an adalah untuk memunculkan tujuan-tujuan kemaslahatan manusia dalam arti luas.yakni supaya manusia itu dapat menemukan hidayah Allah yang tidak akan datang begitu saja tapi melalui kemauan dan kemampuan akal pikiran serta upaya pelatihan yang terus menerus sehingga akal manusia itu dapat menangkap nilai-nilai ilmu pengetahuan itu sambil mengeluarkan ucapan subhanaka faqina azab annar. Manusia yang menggunakan akal ini disebut dengan ulul albab atau orang yang ya’qilun atau orang yang ‘aqilun, atau yatafakkarun, yarsyudun, sehingga mereka itu disebut dengan ulama.
Sementaraitu menurut Quraish Shihab menulis pada bukunya yang berjudul membumikan alQur’an bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh Allah dalam Al-Qur an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya. Manusia yang terdiri dari unsur-unsur jasmani dan rohani Pembinaan akalnya menghasilkan kesucian dan etika sedangkan pembinaan jasmaninya akan menghasilkan keterampilan.

33 Kiat Menggapai Ketenangan Jiwa

Situasi kesehatan jiwa saat ini, sebagaimana dinyatakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), merupakan krisis yang tidak terungkap yang akan semakin buruk di masa-masa yang akan datang.
Di zaman maju ini betapa banyak orang menderita ketegangan, kecemasan, panik, depresi, tidak puas, disharmoni, gelisah, kecewa, curiga berlebihan, dan lainnya sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang mengganggu jiwa atau batinnya. Dengan kenyataan ini, ketenangan jiwa semakin mahal harganya dan akan semakin didamba banyak orang.
Dulu, ada pepatah: “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (men sana in corpore sano),” kini justru dipercaya kebalikannya, bahwa “Dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat,” karena ternyata banyak orang yang tubuhnya segar bugar tapi jiwanya sakit, sementara ada orang yang meski tubuhnya sakit tapi jiwanya tetap sehat.
Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. merupakan modal utama mencapai dan menjaga kesehatan jiwa. Penelitian menunjukkan masyarakat yang religius lebih kecil resiko terkena gangguan kejiwaan dibanding mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya.
Berikut ini adalah kiat-kiat untuk menggapai ketenangan jiwa sebagaimana diajarkan atau disemangati oleh agama kita, Islam, yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits Nabi saw. Dalil-dalilnya terpaksa tidak kami tulis demi kepraktisan.

Secara Umum
1. Tidak memaksakan diri di luar batas kemampuan. Tidak ada “takalluf” (pemaksaan diri) dalam agama Islam. Islam justeru menyeru bermadya (al-qosda); berlaku sedang, tengah, dan wajar.
2. Menghindari dosa. Pelanggaran terhadap aturan agama atau dosa memberikan pengaruh yang tidak baik pada jiwa. Dosa menjadikan kita tidak tenang, takut, dan was-was. Kita takut dosa itu diketahui orang lain.
3. Dzikir, mengingat Allah swt. Ia menumbuhkan keyakinan diri, mendekatkan komunikasi diri kepada Allah swt., dan menjadikan hati tidak kering. Dzikir bisa berupa sholat, (paling tidak sholat lima waktu, apalagi bila ditambah tahajjud), membaca al-Qur’an, membaca doa-doa, dan sebagainya.
4. Melihat, membaca, menyimak, dan memperhatikan perilaku atau sejarah keteladanan orang-orang shaleh. Pepatah mengatakan, “Saat orang-orang shaleh dituturkan, turunlah rahmat-rahmat.”
5. Ringan tangan, suka menolong, dan dermawan (sakho’). Tidak melihat diri. Tidak melihat apa yang telah dia keluarkan bagi orang lain. Bermanfaat bagi orang banyak.
6. Lapang dada (salamatus shadri). Hatinya dijauhkan dari dengki, iri hati, dendam, takabur, prasangka buruk, dan semacamnya.
7. Menasehati khalayak (an-nushu lil ummah) atau berdakwah atau ta’lim. Alangkah bahagia melihat ilmu yang kita berikan diterima dan diamalkan orang lain. Orang-orang awam menjadi lepas dari kebodohannya. Dikatakan, “Amal yang menyebar manfaatnya kepada khalayak lebih utama daripada amal yang manfaatnya terbatas pada diri sendiri.”
8. Berlaku santun (al-hilmu) dan tidak tergesa-gesa (al-anah). Terburu-buru dan reaktif terhadap situasi yang mengelilinginya merupakan tanda ketidaktenangan jiwa. Dengan berfikir jernih, terencana, dan tidak gegabah, jiwa menjadi tenang.
9. Puasa dalam arti khusus maupun puasa dalam arti umum yaitu menahan diri (imsak). Puasa bisa menstabilkan jiwa. Para ulama banyak memaknai sabar dalam al-Qur’an sebagai puasa.
Terkait dengan Keilmuan
10. Menambah ilmu. Wawasan menjadi luas, tidak berpikiran sempit. Kapan dan dimana pun kita adalah tholib (pencari ilmu). Tidak merasa puas diri ibarat merasa besar di dalam akuarium kecil. Di atas orang yang alim ada yang lebih alim lagi. Betapa tinggi ilmu Nabi Musa as., namun Allah swt. memerintahkannya tetap memburu ilmu dari Nabi Khidlir as.
11. Memahkotai ilmu yang dimiliki dengan akhlak terpuji, meliputi makrifat (kesadaran), tawadhu’ (kerendahan hati), amal, dan taqwa. Ilmu tidak akan bermanfaat dengan sendirinya. Orang yang berilmu harus sadar diri. Ikhlas. Berilmu tapi sombong dibenci masyarakat. Ilmu tanpa amal, jiwa terasa dikejar-kejar. Dan seandainya ilmu menjadi baik tanpa taqwa, maka manusia termulia di bumi adalah Iblis.
Terkait dengan Kekayaan/Materi
12. Melihat kepada orang/tingkatan yang berada di bawahnya.
13. Menyadari kekayaan yang hakiki dan atau tempat kembali yang hakiki, bahwa harta yang kita makan akan menjadi kotoran dan yang kita pakai akan menjadi rusak, dan begitu kita mati, itu semua menjadi milik ahli waris, sementara yang kekal adalah sedikit harta yang telah kita sedekahkan untuk perjuangan/dhuafa’.
14. Ridho dan puas terhadap pembagian yang diterimanya. Apa yang ada dinikmati.
Terkait dengan Ujian
15. Sabar dan tegar menerima ujian, karena semua telah diatur oleh Allah swt.
16. Ihtisab, yakni mengharap pahala dari Allah swt. atas musibah yang menimpanya.
17. Meyakini di balik ujian ada pelajaran (hikmah) dan setelah kesusahan pasti ada kegembiraan.
Terkait dengan Kehidupan Berumah Tangga
18. Suami tasamuh (toleran) terhadap isteri.
19. Suami taghoful (melupakan perangai isteri yang tidak disukai) karena di balik satu hal yang tidak dia sukai masih begitu banyak hal yang dia sukai dari isterinya.
20. Suami memenuhi hak-hak isteri.
21. Suami tabah, sabar, dan tahan atas gangguan dari isterinya.
22. Suami mendidik dan membimbing isteri dengan baik dan lembut, sebab bila pendidikan dilakukan dengan keras niscaya terjadi cerai, sedang bila tidak dididik atau dibiarkan sama sekali, isteri akan tetap pada kebengkokannya.
23. Isteri patuh pada suami.
24. Istreri diam begitu suami bicara.
25. Isteri tekun beribadah.
26. Isteri menjaga kehormatan dirinya, memelihara kehormatan suami dan hartanya, serta menjaga anak-anaknya.
Terkait dengan Kehidupan Berjamaah
27. Hidup berjamaah dengan suatu misi kebenaran yang mengikatnya. Indah. Penelitian menyatakan hidup mengisolir diri atau individual adalah sumber berbagai penyakit kejiwaan. Di setiap jamaah manapun pasti ada konflik. Tapi bila kita pandai mensikapinya, itu akan membuat kita dewasa dan matang. “Seburuk-buruk kehidupan berjamaah lebih baik daripada hidup sendirian.”
28. Taat pada murabbi sekaligus pada sistem yang dibina olehnya. Kita bergaul dengan orang-orang yang jujur. Kita mempunyai pembimbing. Ada yang mengingatkan begitu kita teledor dan menyimpang. Perhatikanlah orang yang tidak patuh pada komandan/komando, jauh dari murobbi, jiwanya bisa goncang.
29. Silaturrahim. Memperbanyak teman, melenyapkan permusuhan.
30. Menghilangkan ghill dan mengedepankan husnuddzon kepada sesama jamaah. Kedengkian dan prasangka buruk adalah belenggu dalam jiwa.
Terkait Dalam Sikap
31. Tafakkur dan tadabbur alam dalam rangka menyegarkan jiwa yang lelah (refreshing).
32. Istiqomah, dalam arti ulet, tekun, konsisten, teguh memegang prinsip, dan bersungguh-sungguh. Tangguh.
33. Optimis. Percaya diri. Tidak berputus asa. Pantang menyerah. Ibarat dian yang tak kunjung padam. Betapapun rintangan menghadang. Tentu, setelah kiat-kiat tersebut di atas dilaksanakan. Sebab, optimisme tanpa kerja keras tak ubahnya mimpi

MERAIH KETENANGAN JIWA


Betapa mahalnya harga ketenangan jiwa. Banyak yang mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Namun, tak sedikit yang salah arah. Lihat saja orang rela menghabiskan berjam-jam nongkrong di tempat hiburan sembari minum minuman keras. Tak sedikit yang menghabiskan uang jutaan untuk mengkonsumsi pil-pil penenang. Sementara, ketenangan yang diproleh cuma sesaat. Itu pun sifatnya semu. Alih-alih ingin meraih ketenangan jiwa yang ada malah kehancuran.
Berbagai persoalan sehari-hari bisa menjadi pemicu stress. Apalagi di kehidupan yang serba cepat seperti sekarang ini. Banyak hal yang membuat seseorang merasa tertekan, kecewa dan tegang. Masalahnya tinggal pada intensitas. Bila stress itu terjadi terus menerus akan menjadi distress yang berujung pada depresi. Pada tingkat ini penderita kerap melakukan tindakan di luar akal sehat.
Faktanya, tak ada seorang pun terbebas dari persoalan hidup. Itulah sunatullah yang berlaku di dunia. Kekayaan, pangkat dan kedudukan takkan mampu menghalanginya.

Namun, Islam memberikan solusi terhadap tekanan hidup itu agar jiwa tetap tenang. Tak ada istilah stress hagi seorang mukmin. Soalnya, Islam telah memberikan solusi menghadapi tekanan hidup, Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk meraih ketenangan jiwa:

1. Membaca dan mendengarkan al-Quran
Suatu ketika seseorang datang kepada Ibnu Mas’ud, salah seorang sahabat utama Rasulullah. Ia mengeluh, “Wahai Ibnu Mas’ud, nasihatilah aku dan berilah obat bagi jiwaku yang gelisah ini. Hari-hariku penuh dengan perasaan tak tenteram, jiwaku gelisah, dan pikiranku kusut. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak," kata orang tersebut.
Ibnu Mas’ud menjawab, ”Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, tempat orang membaca al-Quran. Engkau baca al-Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. Kedua, engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan hatimu kepada Allah. Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat mengabdi kepada Allah. Nasihat sahabat Nabi itu segera dilaksanakan orang tersebut. Sesampainya di rumah, segera ia berwudhu kemudian diambilnya Al-quran dan dibacanya dengan khusyuk. Selesai membaca, ia segera dapati hatinya memperoleh ketenteraman, dan jiwanya pun tenang. Pikirannya segar kembali, hidupnya terasa bergairah kembali. Padahal, ia baru melaksanakan satu dari tiga nasihat yang disampaikan sahabat Rasulullah saw tersebut.
2. Menyayangi orang miskin
Rasulullah memerintahkan kepada muslim yang punya kelebihan harta untuk memberikan perhatian kepada orang miskin. Ternyata, sikap dermawan itu bisa mendatangkan ketenangan jiwa. Mengapa? Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa para malaikat selalu mendoakan orang-orang dermawan:
“Setiap pagi hari dua malaikat senantiasa mendampingi setiap orang. Salah satunya mengucapkan doa: Ya Allah! Berikanlah balasan kepada orang yang berinfak. Dan malaikat yang kedua pun berdoa: Ya Allah! Berikanlah kepada orang yang kikir itu kebinasaan."
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang dermawan itu memperoleh dua balasan. Pertama, ia mendapatkan ganjaran atas apa yang diberikannya kepada orang lain. Kedua, mendapatkan limpahan ketenangan jiwa dan belas kasihan dari Allah.
3. Melihat orang yang di bawah, jangan lihat ke atas
Ketenangan jiwa akan diperoleh jika kita senantiasa bersyukur atas segala pemberian Allah, meskipun tampak sedikit. Rasa syukur itu akan muncul bila kita senantiasa melihat orang-orang yang kondisinya lebih rendah dari kita, baik dalam hal materi, kesehatan, rupa, pekerjaan dan pemikiran. Betapa banyak di dunia ini orang yang kurang beruntung. Rasa syukur itu selain mendatangkan ketenangan jiwa, juga ganjaran dari Allah.
4. Menjaga silaturahmi
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan jalinan hubungan yang baik dengan manusia lain. Berbagai kebutuhan hidup takkan mungin bisa diraih tanpa adanya bantuan dari orang lain. Karenannya, di dalam hadits Rasulullah diperintahkan untuk tetap menjalin silaturahmi, sekalipun terhadap orang yang melakukan permusuhan, Rasulullah juga pernah bersabda bahwa silaturahmi dapat memanjangkan umur dan mendatangkan rejeki. Hubungan yang baik di dalam keluarga, maupun dengan tetangga akan menciptakan ketenangan, kedamaian dan kemesraan. Hubungan yang baik itu juga akan sangat efektif untuk menanggulangi berbagai persoalan yang berkembang di masyarakat.
5. Banyak mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah.
Sumber ketenangan jiwa yang hakiki bersumber dari Allah SWT. Karena itu hendaklah kita selalu menghadirkan Allah SWT dalam segala situasi, baik dalam keadaan senang maupun susah. Keterikatan yang kuat dengan Allah SWT akan membuat jiwa seseorang menjadi kuat, tak mudah goncang dan diombang-ambingkan sesuatu. Sebab, bila kita lalai untuk mengingat Allah, maka membuka peluang bagi setan untuk mempengaruhi pikiran kita.
6. Mengatakan yang haq (benar) sekalipun pahit
Hidup ini harus dijaga agar senantiasa berada di atas jalan kebenaran. Kebenaran harus diperjuangan. Pelanggaran terhadap kebenaran akan mendatangkan kegelisahan. Ketenangan jiwa akan tergapai bila kita tidak melanggar nilai-nilai kebenaran. Sebaliknya, pelanggaran terhadap kebenaran akan berpengaruh terhadap ketenangan jiwa. Lihat saja orang-orang kerap berbuat maksiat, kehidupannya diliputi kegelisahan.
7. Tidak ambil peduli terhadap celaan orang lain asalkan yang kita lakukan benar-benar karena Allah
Salah satu faktor yang membuat jiwa seseorang tidak tenang adalah karena selalu mengikuti penilaian orang terhadap dirinya. Terombang ambing oleh sikap dan gaya hidup orang kebanyakan. Sedangkan seseorang akan memiliki pendirian yang kuat jika berpegang kepada prinsip-prinsip yang datang dari Allah (al-Islam). Betapa melelahkannya hidup ini bila segala hal yang ada di dunia ini kita ikuti.
8. Tidak mengemis kepada orang lain
"Tangan di atas (memberi) lebih mulia dari tangan di bawah" adalah hadits rasulullah yang memotivasi setiap mukmin untuk hidup mandiri. Tidak tergantung dan meminta-minta kepacla orang lain. Sebab, orang, yang mandiri, jiwanya akan kuat dan sikapnya lebih berani dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, orang yang selalu meminta-minta menggambarkan jiwa yang lemah. Hal ini tentu membuat batin tak nyaman.
9. Menjauhi Utang
Dalam sebuah hadits Rasulullah dengan tegas mengatakan: “Janganlah engkau jadikan dirimu ketakutan setelah merasakan keamanan!” (Para sahabat) bertanya: Bagaimana bisa terjadi seperti itu! Sabdanya: Karena utang.”
Begitulah kenyataanya. Orang yang berutang akan senantiasa dihantui ketakutan, karena ia dikejar-kejar untuk segera melunasinya. Inilah salah satu faktor yang membuat banyak orang mengalami tekanan jiwa. Rasulullah juga mengatakan: “Hendaklah kamu jauhi utang, karena utang itu menjadi beban pikiran di malam hari dan rasa rendah diri di siang hari."
10. Selalu berpikir positf
Mengapa seseorang mudah stress? Salah satu faktornya karena ia selalu diliputi pikiran-pikiran negatif. Selalu mencela dan menyesali kekurangan diri. Padahal, setiap kita diberikan oleh Allah berbagai kelebihan. Ubahlah pikiran negatif itu menjadi positif. Ubahlah ungkapan keluh kesah yang membuat muka cemberut, badan lemas dan frustasi dengan ungkapan senang. Ungkapan senang akan membuat ekspresi senyum dan jiwa menjadi semangat kembali. Bukankah di balik kesulitan dan kegagalan ada hikmah yang bisa jadi pelajaran? Dan bukankah dibalik kesulitan ada kemudahan?

Saturday, September 17, 2011

JUJUR ITU INDAH

Banyak orang mengatakan bahwa jujur itu indah, hidup tidak jujur saja susah apalagi berperilaku jujur. Adapula yang mengatakan bahwa jujur adalah mata uang yang berlaku dimana-mana .
Seorang yang bernama imam muhamad berjalan menyusuri sungai ,ditengah perjalanan dia beristirahat, ketika imam muhamad duduk di pinggir sungai nampaklah olehnya sebuah apel yang terhanyut mengikuti arus sungai. imam kemudian mengambilnya lalu dikarnakan rasa laparnya, maka dia memakanya. Baru setengah dia memakanya dia teringat bahwa apel tersebut bukan miliknya. Apel tersebut tentu saja ada pemiliknya , mungkin ada pohon apel dipinggir sungai yang buahnya jatuh di sungai. Tanpa membuang waktu imam berbalik arah menyusuri sungai untuk mencari asal muasal buah apel tersebut setelah satu jam berjalan maka dia melihat ada kebun apel di pinggir sungai. Diapun mengucap salam ketika melihat ada seorangyang berkerja dikebun apel tersebut dan memulai pembicaraan.

Mohon maaf pak saya menemukan buah apel ini hanyut disungai,karena saya lapar maka saya memakanya,kemudian baru setengah saya makan sayateringat buahini pasti ada pemilikya dan sesungguhnya sayatidak berhak memakanya sebelum mendapat izin dari pemiliknya.mohon bapak dapat memaafkanya dan mengikhlaskanya buah apel yang telah saya makan ini.kata imam muhamad serea menyerahkan buah sisa separuh buah apel tersebut.pemilik kebun apel meneliti sisa buah apel tersebut kemudian berkata,buah apel ini memang milik saya,karena anda sudah memakanya tanpa seizin saya maka anda harus menggantinya dengan bekerja selama satu tahun dikebun ini tanpa bayaran.imam muhamad terkejut,tapi kemudian dia ingat sesuatu yang termakan tanpa hak,hukunya haram dan itu bagaikan memasukan bara api neraka kedalam perut baiklah saya setuju.imam muhamadpun bekerja dengan tekun,kemudian setelah setahun dia minta izin untuk meninggalka kebun tesebut.namun tanpa disata sang pemilik kebun tidak mengizinkanya dengan alasan dia akan dinikahkan dengan putrinya.imampun setuju.pemilik kebun berkata:
Anda jangan senang dahulu ‘putri saya’bisu dan tuli. Bagaimana
Baiklah saya setuju jawab imam kemudian dilangsungkan proses pernikahan dimana kedua mempelai berada dalam ruang terpisah.
Ketika selesai akad nikah, imam mumhamad menemui istrinya tersebut di kamar, sambil mengucapkan salam assalamualaikum
Waalaikumsalam jawab seorang gadis cantik rupawan didalam kamar imam muhamad terpenjat, kemudian ia bergegas keluar kamar menemui pemilik kebun.
Bapak siapakah gadis dikamar tersebut,
Oh itu istrimu anaku, jawab pemilik kebun
Bukanlah bapak katakan dia bisu dan tuli, lalu kenapa dia dapat menjawab salamku, hai imam muhamad, sesungguhnya sewaktu pertemuan pertama kita dahulu, aku terkesan dengan kejujuran dan ketulusan hatimu. Dan setelah berkerja setahun, aku tau engkau adalah seorang yang dapat di percaya , maka aku sekali lagi mengujimu dengan mengatakan anaku bisu dan tuli,ternyata engkau memang orang jujur dan terpercaya, sesungguhnya anaku tidaklah bisu dan tuli, dialah hakmu.
Ternyata imam muhamad mendapatkan istri yang solehah, cantik rupawan ,maka selanjutnya dari perkawinan mereka lahirlah seorang anak yang bernama imam syafei salah satu dari 4 imam besar yang mahjabnya banyak diikuti umat islam di indonesia. Jujur itu memang indah. Orang tua berakhlak baik melahirkan anaknya yang berakhlak baik pula

Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup – Manusia terdiri atas pikiran dan rasa dimana keduanya harus digunakan. Rasa menjadi penting digerakkan terlebih dahulu, karena seringkali dilupakan. Bagaimana memulai pendidikan lingkungan hidup? Pendidikan Lingkungan Hidup harus dimulai dari HATI. Tanpa sikap mental yang tepat, semua pengetahuan dan keterampilan yang diberikan hanya akan menjadi sampah semata.
Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, proses yang paling penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh hati. Jika proses penyadaran telah terjadi dan perubahan sikap dan pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup, serta peningkatan keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup

Pendidikan Lingkungan Hidup: dalam buku catatan
Pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan ke dalam pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran ?Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH)?. Depdikbud merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaran
Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Di tahun 1996 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2004 tercatat 192 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.
Selain itu, terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdikbud juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan lain-lain. Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.
Pada tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Di dalam keputusan bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang telah ada.
Pendidikan Lingkungan Hidup: bahan dasar yang dilupakan
Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED adalah sebagai berikut:
Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN - Tbilisi, Georgia - USSR (1977) dalam Unesco, (1978)]
PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan ?kemampuan memecahkan masalah?.
Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini.
* Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive, desain grafis;
* Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara, menganalisa data;
* Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama.
Pendidikan lingkungan hidup haruslah:
1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;
5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan;
8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut;
9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;
10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;
11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).
Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, PLH dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :
1. Berfikir kritis
2. Berfikir kreatif
3. Berfikir secara integratif
4. Memecahkan masalah.
Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :
1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan
2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan
3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan sumberdaya lahan, Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Energi dan sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati, dan Penataan ruang
Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant) dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Memandang kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu, bisa menjebak kita ke dalam kerancuan berfikir. Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi hubungan dialek tersebut tidak berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yakni: Pengajar, Pelajar atau anak didik, dan Realitas dunia. Yang pertama dan kedua adalah subyek yang sadar (cognitive), sementara yang ketiga adalah obyek yang tersadari atau disadari (cognizable). Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama ini.
Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan pembebasannya Freire yakni suatu proses yang terus menerus, suatu ?commencement?, yang selalu ?mulai dan mulai lagi?, maka proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses yang sebati (in erent) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Maka, proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti, mandeg, ia senantiasa harus terus berproses, berkembang dan meluas, dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari tingkat ?kesadaran naif? sampai ke tingkat ?kesadaran kritis?, sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni ?kesadarannya kesadaran? (the consice of the consciousness).
Joseph Cornell, seorang pendidik alam (nature educator) yang terkenal dengan permainan di alam yang dikembangkannya sangat memahami psikologi ini. Sekitar tahun 1979 ia mengembangkan konsep belajar beralur (flow learning).
Berbagai kegiatan atau permainan disusun sedemikian rupa untuk menyingkronkan proses belajar di dalam pikiran, rasa, dan gerak. Ia merancang sedemikian rupa agar kondisi emosi anak dalam keadaan sebaik-baiknya pada saat menerima hal-hal yang penting dalam belajar.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah:
* Aspek afektif: perasaan nyaman, senang, bersemangat, kagum, puas, dan bangga
* Aspek kognitif: proses pemahanan, dan menjaga keseimbangan aspek-aspek yang lain
* Aspek sosial: perasaan diterima dalam kelompok
* Aspek sensorik dan monotorik: bergerak dan merasakan melalui indera, melibatkan peserta sebanyak mungkin
* Aspek lingkungan: suasanan ruang atau lingkungan
Pendidikan Lingkungan Hidup: terjerumus di jurang pembebanan baru
Pendidikan saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi.
Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang mengebiri ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah ketiak bangsa asing.
Pada dua tahun terakhir, PLH di Kalimantan Timur sangatlah berjalan perlahan ditengah hiruk pikuk penghabisan kekayaan alam Kaltim. Inisiatif-inisiatif baru bermunculan. Kota Balikpapan memulai, dengan dibantu oleh Program Kerjasama Internasional, lahirlah kurikulum pendidikan kebersihan dan lingkungan yang menjadi salah satu muatan lokal. Diikuti kemudian oleh Kabupaten Nunukan. Sementara saat ini sedang dalam proses adalah Kota Samarinda, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Kesemua wilayah ini terdorong ke arah ?jurang? hadirnya muatan lokal beraroma pendidikan lingkungan hidup.
Tak ada yang salah dengan muatan lokal. Namun sangat disayangkan dalam proses-proses yang dilakukan sangat meninggalkan prinsip-prinsip dari Pendidikan Lingkungan Hidup itu sendiri. Nuansa hasil yang berwujud (buku, modul, kurikulum), sangat terasa dalam setiap aktivitas pembuatannya. Perangkat-perangkat pendukung masih sangat jauh mengikutinya.
Pendidikan Lingkungan Hidup hari ini, bisa jadi mengulang pada kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika PKLH mulai diluncurkan. Statis, monolitik, membunuh kreatifitas. Prasyarat yang belum mencukupi yang kemudian dipaksakan, berakhir pada frustasi berkelanjutan.
Sangat penting dipahami, bahwa pola Cara Belajar Siswa Aktif, Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan berbagai teknologi pendidikan lainnya yang dikembangkan, kesemuanya bermuara pada kapasitas seorang guru. Kemampuan berekspresi dan berkreasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bila tidak, lupakanlah.
Demikian pula dengan PLH, sangat dibutuhkan kapasitas guru yang mampu membangitkan kesadaran kritis. Bukan sekedar untuk memicu kreatifitas siswa. Kesadaran kritis inilah yang akhirnya akan tereliminasi disaat PLH diperangkap dalam kurikulum muatan lokal. Siswa akan kembali berada dalam ruang statis, mengejar nilai semu, dan memperoleh pembebanan baru.
Pendidikan Lingkungan Hidup: duduk, diam, dan bercerminlah
Sejak 2001, disaat pertama kali kawan-kawan pegiat PLH di Kaltim berkumpul, telah lahir berbagai gagasan dan agenda yang harus diselesaikan. Namun karena bukan menjadi PRIORITAS, maka hal ini menjadi bagian yang dilupakan.
Di tahun 2005 ini, geliat PLH masih bergerak-gerak ditempat. Bagi yang memiliki dana, muatan lokal menjadi sebuah pilihan, karena akan lebih mudah mengukur indikator keberhasilannya. Bagi yang tidak memiliki dana, mencoba tertatih-tatih di ruang sempit untuk tetap berjalan sesuai dengan cita-cita sebenarnya dari PLH, yaitu membangun generasi yang memiliki KESADARAN KRITIS sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni ?KESADARANNYA KESADARAN?.
Kepentingan untuk PERCEPATAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP, haruslah dimaknai bukan untuk mengELIMINASI pondasi dasar PLH. Tidak kokohnya pondasi akan mengakibatkan kehancuran sebuah bangunan, semewah apapun ia. Kehausan akan target proyek, capaian indikator, pekerjaan, hanya akan menjadikan PLH sebagai sebuah obyek mainan baru, bukan lagi sebagai sebuah nilai yang sedang dibangun bagi generasi kemudian negeri ini.
BERCERMINLAH untuk sekedar meREFLEKSIkan diri. Ini yang penting dilakukan oleh pegiat PLH. Bukan untuk berlari mengejar ketertinggalan. Tidak harus cepat mencapai garis akhir. Berjalan perlahan dengan semangat kebersamaan akan lebih menghasilkan nilai yang tertancap pada ruang yang terdalam di diri. APAKAH YANG SEDANG KITA LAKUKAN HANYA AKAN MENJADI PEMBEBANAN BARU BAGI GENERASI KEMUDIAN?

TANDA KIAMAT

1. Diutusnya Rasulullah saw
Jabir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)
2. Disia-siakannya amanat
Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR Bukhari)

3. Penggembala menjadi kaya
Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” (HR Muslim)
4. Sungai Efrat berubah menjadi emas
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi)
5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam
”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku (Rasulullah saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).
6. Banyak terjadi pembunuhan
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj.. Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim)
7. Munculnya kaum Khawarij
Dari Ali ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR Bukhari).
8. Banyak polisi dan pembela kezhaliman
“Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” (HR At-Tabrani)
9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)
10. Dominannya Fitnah
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar.” (HR Ahmad).
11. Sedikitnya ilmu
12. Merebaknya perzinahan
13. Banyaknya kaum wanita
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki.” (HR Bukhari)
14. Bermewah-mewah dalam membangun masjid
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid.” (HR Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)
15. Menyebarnya riba dan harta haram
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR Ahmad dan Bukhari)
16. Menggembungnya bulan (ini dia tanda2 yang unik, kata mas Dudung)
Rasulullah saw bersabda: ” di antara sudah mendekatnya kiamat ialah menggembungnya bulan sabit(awal bulan) ” dishahihkan� AlBaani di Ash Shahihah nomor 2292 dalam riwayat yang lain dikatakan “di antara sudah dekatnya hari kiamat ialah bahwa orang akan melihat bulan sabit seperti sebelumnya, maka orang akan mengatakan satu bentuk darinya untuk dua malam dan masjid akan dijadikan tempat untuk jalan jalan serta meluasnya mati mendadak” (Ash Shahiihah AlBani 2292)
Memang Unik, karena ada buktinya:
Hal yang cukup mengherankan terjadi di Saudi berkenaan penetapan awal Muharram 1429 H. Ini sekaligus membuktikan sendiri kesalahan Saudi dalam penetapan awal Zulhijjah lalu.
Bagaimana tidak, Saudi menetapkan 1 Zulhijjah pada 10/12/07 1 hari lebih awal
dari yang seharusnya. Konsekuensinya tanggal 30 Zulhijjah akan jatuh pada
8/01/08 dan 1 Muharram 1429 seharusnya pada 9/01/08 sebab tidak ada angka 31 dalam kalender Hijriyah.
Tapi apa yang terjadi di Saudi? Kantor Berita Saudi (Saudi Press Agency)
menyatakan bahwa hari pertama Muharram 1429 H bertepatan dengan 10 Januari 2008. Ini artinya bulan Zulhijjah di Saudi berjumlah 31 hari.
Lalu kemana yang satu hari? Selidik punya selidik Saudi Press Agency (SPA)
mencantumkan tanggal 19 Zulhijjah 1428 sebanyak 2 kali. Pertama pada 28/12
(Jumat) dan kedua pada 29/12 (Sabtu). Kesalahan yang terus diulang Saudi setiap tahun.
Tanda-Tanda besar, datangnya Kiamat:
Sedangkan tanda-tanda kiamat besar yaitu kejadian sangat besar dimana kiamat sudah sangat dekat dan mayoritasnya belum muncul, seperti munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj.
Ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan tanda-tanda kiamat besar di antaranya:
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)
Perbedaan antara tanda-tanda kiamat kecil dan kiamat besar adalah :
1. Tanda-tanda kiamat kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar.
2. Tanda-tanda kiamat kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
3. Tanda kiamat kecil bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
4. Tanda kiamat kecil berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat. Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
5. Tanda-tanda kiamat besar jika muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari Barat.
Lalu apa sebenarnya Kiamat tahun 2012..?
Kiamat 2012 adalah terjadinya Badai Matahari:
Menurut Pak Bambang S Tedjasukmana dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bahwa fenomena yang akan muncul pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasar pada pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di berbagai negara maju yang sudah dilakukan sejak tahun 1960-an dan Indonesia oleh LAPAN telah dilakukan sejak tahun 1975.
Badai Matahari = Flare dan CME
Masih menurut ahli lain dari LAPAN, bahwa badai Matahari akan terjadi ketika adanya flare dan Corona Mass Ejection (CME). Apa itu Flare..? Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dahsyatnya menyamai 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Padahal bom atom yang dijatuhkan Paul Tibbets, pilot pesawat Amerika Serikat (AS), B-29 Enola Gay, Agustus 1945, telah merenggut sekitar 80.000 jiwa manusia. Berarti kalau dikalikan 66 juta lagi, wouw…!
Sedang CME adalah sejenis ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel2 berkecepatan tinggi yakni sekitar 400 km/detik. wouw…
Gangguan cuaca Matahari ini dapat mempengaruhi kondisi muatan antariksa hingga mempengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS), dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia, misal karena magnet Bumi terganggu, maka alat pacu jantung juga akan terganggu.
HP akan error, dan sms bakal ‘kiamat’ betul
Dengan skala sebenarnya, saya sketsakan kira2 Badai Matahari itu akan seperti apa. Besar matahari hanya diambil sepersecuilnya, sementara Bumi sangat penuh (meski masih sangat kecil) tampaknya. Bumi saja belum apa-apanya bila dibanding sunspot yang warna hitam2 itu…
Badai Matahari tahun 2011-2012
Badai Matahari tahun 2011-2012
Flare di permukaan matahari sangat dahsyat, kalau pas maksimal bisa menjulang sauangaaaat tinggi:
Flare di Matahari
Flare di Matahari
Bagi yang minat lihat animasi Flare matahari paling update, ini linknya:
http://www.space.com/spacewatch/sun_cam_animated.html
Persiapan menuju ‘Kiamat’ 2012 itu…:
Dikatakan para ahli bahwa dari Matahari, milyaran partikel alektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, Dampak dari serbuan dari partikel elektron ini di kutub berlangsung beberapa hari. Selama itu, bisa dilakukan langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, LAPAN tengah membangun Pusat Sistem Pemantau Cuaca Antariksa Terpadu di pusat Pemanfaatan Sains Antariksa LAPAN Bandung. Objek yang dipantau antara lain lapisan Ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.
Langkah antisipasi LAPAN yang telah dilakukan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari muncul badai antariksa ini, yakni Dephankam, TNI,Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta Pemda.
Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio. PLN harus melakukan sosialisasi ke masyarakat akan adanya pemutusan berkala demi mengurangi dampak badai antariksa ini.
Penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan GPS sebagai sistem navigasihendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawatterbang.
Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa dapat mengubah kecepatan gelombangradio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delay propagasi pada sinyal GPS. Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tidak berfungsi lagi.
********
setelah membaca lebih jauh, berakhirnya kalender Maya di 21 Desember 2012 itu lebih disebabkan oleh berakhirnya siklus kalender, yang disebabkan oleh “kehabisan angka”. Sistem Kalender Maya berbasiskan pada bilangan 20 (bi-desimal) , berbeda dengan kalender lainnya yang berbasiskan bilangan 10 (desimal). Mengutip tulisannya mbak Avivah Yamani di langitselatan.com, dengan metode penulisan 0.0.0.0.0 dan hobi-nya suku Maya dengan siklus 13 dan 20 serta start kalender Maya ini ekivalen dengan 11 Agustus 3114 BCE, maka posisi 13.0.0.0.0 sebagai angka terbesar dalam kalender Maya ini akan ekivalen dengan 21 Desember 2012. Nah setelah 13.0.0.0.0 ini terlampaui, kalender Maya tidak mengenal angka 13.0.0.0.1 atau yang lebih besar, karena akan kembali ke posisi 0.0.0.0.1 alias angka paling kecil. Inilah yang saya maksud dengan “kehabisan angka” tadi. So, satu hari setelah 21 Des 2012 itu, atau pada 22 Desember 2012, kalender Maya memulai siklus barunya dengan angka 0.0.0.0.1.
Sementara jika meninjau fakta2 “ilmiah” yang dikatakan menyertai isu kiamat 2012 ini, sebagian besar juga meragukan. Sebut saja misalnya retaknya medan magnet Bumi, yang disebut-sebut telah mencapai panjang 160.000 km di angkasa sebagai South Atlantic Anomaly (SAA). Sementara fakta yang ada, SAA ini merupakan area dimana posisi sabuk radiasi van-Allen paling dekat dengan permukaan Bumi dan terjadi akibat perbedaan viskositas antara batuan kerak Bumi dan lapisan selubung dengan inti Bumi. Perbedaan viskositas membawa pada perbedaan kecepatan rotasi, yang (meski kecil sekali), memiliki beberapa efek, ya salah satunya munculnya SAA ini.
Sementara soal Yellowstone caldera yang dikatakan akan meletus dahsyat kembali (dengan memuntahkan tephra sedikitnya 2 juta km3, jika merujuk letusan terdahulu) guna mengikuti siklus letusan 600.000 tahun sekali, jika kita cek langsung ke USGS (yang langsung memonitor kaldera ini), ternyata Yellowstone memiliki periode letusan rata-rata 640.000 tahun. Jika kita “saklek” dengan angka ini, masih ada selang waktu 40.000 tahun bagi Yellowstone untuk meletus. Meski, dalam vulkanologi, yang namanya periode letusan rata-rata itu hanyalah menjadi patokan, bukan untuk keperluan prediksi apalagi peramalan. Sebut saja misalnya dengan Gunung Merapi di Jateng-DIY. Dalam perspektif vulkanologi, gunung ini seharusnya sudah meletus kembali karena periode letusannya 2 – 3 tahun (dengan letusan terakhir Juni 2006 silam), namun sampai kini gak ada aktivitas yang menunjukkan perkembangan ke sana.
Di Yellowstone, memang pada Januari lalu terekam adanya seismic swarm, alias rangkaian gempa2 vulkanik yang menjadi tanda migrasi magma. Namun selang waktu seismic swarm ini sangat pendek (hanya 2 minggu) sehingga tak bisa diterjemahkan sebagai adanya pasokan magma secara terus menerus yang sedang menembus kulit Bumi menuju ke permukaan kaldera. USGS menyebut seismic swarm berdurasi pendek ini biasa terjadi di Yellowstone caldera, demikian pula di kaldera2 lain yang ada di dunia baik mulai dari Toba (yang ini juga rutin direkam BMKG), Krakatau maupun yang paling muda seperti Pinatubo.
Sementara soal planet Nibiru, alias planet X itu, seperti pernah saya tulis, itu cuman mitos lama dari era Babilonia yang tak pernah bisa dibuktikan. Jika ada planet bernama Nibiru yang ukurannya hampir menyamai Saturnus itu, maka tentunya planet ini sudah nongol dalam pelat-pelat fotografis seabad silam ketika Clyde Tombaough dkk melakukan systematic search untuk menemukan Pluto. Apalagi dengan teknologi terkini dimana planet tidak hanya diobservasi dengan spektrum cahaya tampak semata, namun juga dengan inframerah, ultraviolet dan gelombang radio. Ketika teknologi astronomi masa kini bahkan demikian powerfull untuk menemukan sejumlah planet baru yang mengorbit bintang2 tetangga alias ekstrasolar planets, maka sulit diterima jika ada benda langit asing sebesar Saturnus yang masih bersembunyi dalam region tata surya kita, dalam rentang jarak dari orbit Pluto hingga kawasan awan komet Oort.
Memang, seperti pernah ditulis pak AR Sugeng R, potensi terbesar dari Kiamat 2012 adalah badai Matahari, dimana secara siklusnya pada rentang waktu 2011-2012 sunspot number Matahari memang mencapai puncaknya dan berkorelasi langsung dengan tingginya semburan proton energetik dari permukaan Matahari ke segala arah. Model2 matematis yang dikembangkan NASA menyebut badai Matahari ini akan menyamai peristiwa Carrington 1859 silam, dengan efek yang merusak terhadap sistem telekomunikasi, satelit dan kelistrikan. Sebagai gambaran, badai Matahari 1989 (yang kekuatannya mampu membelokkan arah jarum kompas hingga 7 derajat dari magnetic north) mengakibatkan kerusakan pada trafo listrik Ontario Hydro dan menyebabkan sebagian AS dan Kanada mengalami mati listrik hingga 9 jam. Dan dalam badai Matahari 2011-2012 (yang diperkirakan mampu membelokkan arah jarum kompas hingga 15 – 20 derajat), tentunya kerusakan itu bisa menjangkau daerah yang lebih jauh, bahkan hingga ekuator.
Tentang tumbukan benda langit, memang tata surya kita sedang melintasi bidang galaksi Bima sakti dan itu akan menyebabkan perturbasi gravitasi dari bintang2 tetangga kita menjadi maksimal. Persoalannya, kapan perturbasi itu mampu menghentakkan jutaan benda langit mini di awan komet Oort dan sabuk asteroid Kuiper hingga berubah menjadi komet-komet yang menghujani tata surya bagian dalam, saat ini belum bisa dikuantifikasi. Kita hanya tahu itu akan terjadi, tapi kapan ? Belum diketahu

Friday, September 16, 2011

Drs. KH. Ahmad Rifai Arief (ALM)


K.H. Ahmad Rifa'i Arief (lahir 30 Desember 1942 – meninggal 16 Juni 1997 pada umur 54 tahun) adalah seorang kiai perintis dan pendiri Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Pondok Pesantren La Tansa, Pondok Pesantren Sakinah La Lahwa, serta Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi/Sekolah Tinggi Agama Islam (STIE/STAI) La Tansa Mashiro. Ia wafat pada usia yang belum terlampau tua akibat serangan jantung.

Masa kecil
Ahmad Rifai Arief adalah putra sulung dari H. Qasad Mansyur bin Markai Mansyur dan Hj. Hindun Masthufah binti Rubama. Ayahnya merupakan seorang guru agama pada "Madrasah Ibtidaiyah Masyariqul Anwar", yang terletak di kampung Pasir Gintung, Balaraja (sekarang Jayanti), Tangerang. Oleh sebab itulah Rifa'i dibesarkan dalam lingkungan yang taat dan sarat dengan nilai-nilai agama.
Sejak kecil, kedua orangtuanya memanggil Rifa'i dengan panggilan kesayangan yaitu "Lilip". Kelak sampai beliau dewasa, orang-orang di kampungnya lebih mengenal dan memanggilnya demikian. Ia memiliki 3 orang adik laki-laki serta 4 orang adik perempuan. Urutan tujuh adik-adiknya adalah Umrah, Dhofiah, Farihah, Huwaenah, Ahmad Syahiduddin, Nahrul Ilmi Arief dan Odhi Rosikhuddin. Di mata adik-adiknya, Rifa'i menjadi teladan, karenanya beliau sangat disayangi dan dihormati oleh mereka.
Perjalanan pendidikan
Perjalanan pendidikan Rifa'i dimulai dengan pendidikan peringkat dasar yang disebut "Sekolah Rakyat (SR)" di kampung Sumur Bandung, Balaraja (sekarang Jayanti), Tangerang. Di sekolah tersebut Rifa'i hanya belajar 3 tahun saja, sebab ayahnya memindahkan pendidikannya ke "Madrasah Masyariqul Anwar" di Caringin, yang juga merupakan tempat ayahnya belajar. Alasan ayahnya agar Rifa'i lebih banyak memperoleh pengetahuan agama, selain itu juga agar anaknya dapat belajar mengaji al-Quran kepada K.H. Syihabudin Makmun yang masih saudara ayahnya.
Setelah tamat pada Madrasah Masyariqul Anwar pada tahun 1958, menurut K.H. Ahmad Syahiduddin, adik kandung Rifa'i, ayahnya menghendaki Rifa'i belajar pada institusi pendidikan Islam yang bercorak modern. Di Banten, sebenarnya banyak berdiri pondok-pondok pesantren, tetapi pondok-pondok tersebut menganut sistem pondok pesantren tradisional. Oleh sebab itu Qasad Mansyur memilih "Pondok Modern Darussalam Gontor", Ponorogo, Jawa Timur, salah satu pondok modern yang terkenal. Pondok ini mempunyai sistem klasikal, disamping mempelajari ilmu-ilmu agama juga mengajarkan pengetahuan umum dan bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Lebih daripada itu Pondok Gontor juga mengajarkan disiplin hidup kepada santri-santrinya. Pengetahuan tentang Gontor diperoleh Qasad Mansyur dari saudaranya, Ja'far Hadi. Awalnya, keinginan Qasad Mansyur untuk membawa Rifa'i ke Gontor tidak disetujui oleh keluarganya yang lain, dengan alasan terlalu jauh (jarak antara kampung Pasir Gintung dan Ponorogo lebih kurang 500 Km.) Namun dengan keinginan yang kuat, beliau tetap konsisten dengan niatnya, maka pada tahun 1958 beliau bersama Rifa'i berangkat menuju Pondok Darussalam Gontor.
Di Gontor, Rifa'i diterima di kelas 1 dari 6 kelas yang wajib dilaluinya. Ia duduk di kelas 1 B. Dalam pandangan guru-guru dan rekan-rekannya, Rifa'i dikenal santri yang rajin dan pandai berpidato. Tulisannya bagus, baik tulisan dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab. Sejak sekolah, sudah terlihat jiwa kepimpinannya meskipun beliau sering mengalami sakit. Gangguan kesehatannya itu yang menyebabkan beliau terpaksa tidak naik ke kelas 5, karena tidak mengikuti ujian akhir.
Di Gontor Rifa'i dipandang sebagai murid yang pandai dan cerdas. Sifat-sifatnya itulah yang mengantarkannya menjadi ketua organisasi pelajar pondok Gontor yang saat itu masih bernama PII (Pelajar Islam Indonesia) cabang Gontor pada tahun 1965-1966. PII adalah salah satu organisasi pelajar Islam yang berpengaruh yang ada diseluruh institusi pendidikan Islam di Indonesia. Setelah tahun 1966, Pondok Gontor tidak bergabung dengan PII karena organisasi itu pada muktamar yang diselenggarakan pada tahun 1966 di Malang terpecah menjadi dua, yakni PII Menteng Raya dan PII Jalan Bunga. Bagi Gontor, sikap PII pusat itu berlawanan dengan prinsip independesi Pondok Gontor yang ditubuhkan untuk semua golongan dan di atas semua golongan. Setelah itu, pertubuhan pelajar Gontor diubah menjadi OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Modern). Dengan demikian masa kepengurusan Rifa'i merupakan PII cabang Gontor yang terakhir.
Ketika Rifa'i menjadi ketua PII, Pondok Gontor tengah menyiapkan rancangan pewakafan pondok. Selain itu pula, pada tahun 1963 Gontor sedang membuat piagam berdirinya pendidikan tinggi Islam Darussalam Gontor, sebuah perguruan tinggi pesantren yang pertama di Indonesia. Setelah rancangan itu semua selesai diadakan majlis peresmian yang menjemput para duta besar negara-negara sahabat, beberapa menteri Republik Indonesia, gubernur Jawa Timur dan tokoh-tokoh lainnya. Sebagai ketua pertubuhan pelajar, Rifa'i bertindak sebagai ketua panitia acara tersebut. Dalam pelaksanaanya panitia merancang penandatanganan piagam pengajian tinggi tersebut oleh para perwakilan dari para tamu. Seperti perwakilan kedutaan Arab Saudi, Menteri Agama Republik Indonesia, Gubernur Jawa Timur, tokoh masyarakat serta perwakilan pelajar yang diwakili oleh Rifa'i sebagai ketua PII saat itu.
Selama tujuh tahun menjadi santri Gontor (yakni dari tahun 1958 hingga 1965), Rifa'i dilantik oleh kiainya sebagai seorang guru (atau ustadz). Selain mengajar para santri, Rifa'i juga dilantik menjadi sekretaris kiainya, K.H. Imam Zarkasyi. Tugas yang dipikulnya cukup berat seperti menjadwalkan kegiatan pimpinan, membuat konsep-konsep kebijakan pondok, menyunting bahan-bahan ceramah pimpinan, dan lain sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang justru menambah wawasan dan pengalaman Rifa'i dan karenanya ia semakin mendapat kepercayaan dari kiainya.
Setelah lebih kurang 2 tahun mengabdi di almamaternya. Rifa’i melanjutkan pengajiannya di pondok-pondok tradisional di Jawa Timur. Namun tidak ada sumber yang pasti tentang di pondok mana dan berapa lama ia tinggal di sana. Keputusannya untuk keluar dari Gontor dan menyambung pengajiannya berteraskan kepada keinginan ayahnya agar kelak ia membina insitusi pendidikan yang lebih tinggi dari yang telah dibangun oleh ayahnya. Selain itu, Gontor memang tidak mengajarkan santri-santrinya kitab-kitab klasik seperti yang diajarkan di pondok-pondok tradisional. Gontor lebih menekankan kepada penguasaan bahasa asing baik Bahasa Arab ataupun Bahasa Inggris. Selain itu, dalam tradisi masyarakat Banten, sudah merupakan perkara biasa jika seorang santri yang telah menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren mampu menguasai kitab-kitab klasik baik dalam bidang fiqih, aqidah ataupun tata bahasa Arab. Hal inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa Rifa'i mendalami kitab-kitab klasik itu.
Setelah kembali dari pondok tempat ia belajar kitab klasik/salafi, Rifa'i tidak langsung mendirikian pondok pesantren seperti yang diinginkan ayahnya. Menurut penuturan keluarganya baik istri ataupun adik-adiknya, Rifa'i menyambung pelajaran pada "Akademi Bahasa Asing" (ABA) di Bandung. Namun, tidak jelas berapa lama beliau di Bandung juga bahasa asing apa yang ia pelajari.
Perihal pendirian Pesantren
Perjalanan pendidikan Rifa'i Arief seperti yang telah diuraikan di atas, seakan-akan menunjukkan persiapan beliau sebelum mendirikan sebuah pondok pesantren sebagaimana yang dinginkan ayahnya. Sepertinya, wujud ketidakpuasan dan ia masih berasa kurang ke atas ilmu yang telah ia dapatkan. Namun ia segera kembali ke kampungnya, mengingat keinginan ayahnya untuk segera mendirikan pondok pesantren. Menurut Ahmad Syahiduddin, maksud ayahnya agar para alumni "Madrasah Ibtidaiyah Masyariqul Anwar" dapat segera melanjutkan pendidikannya pada peringkat yang lebih tinggi yaitu di pondok pesantren yang akan didirikan anaknya itu.
Pada hari Jumat 19 Desember 1967, Qasad Mansyur bersama beberapa tokoh masyarakat kampung Gintung yang juga merupakan guru pada madrasah "Masyariqul Anwar" seperti Ahmad Syanwani, Sukarta, Johar, dan juga Rifa'i sendiri membincangkan rencana pendirian pondok pesantren. Mereka membahas sistem dan metode pembelajaran dan pengajarannya kelak setelah didirikan. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Pondok Gontor sebagai contoh dan model lembaga pendidikan yang akan didirikan.
Dalam prakteknya, institusi pendidikan tersebut menggunakan sistem madrasi dengan nama "Madrasah al-Mua`llimîn al-Islamiyah (MMI)" (مدرسة المعلّمين الإﺳلامية), yang digabungkan dengan sistem pondok pesantren yang diberi nama Dâr al-Qalam (دار القلم). Namun dengan transliterasi kata yang mereka buat sendiri, nama pondok tersebut pun menjadi tertulis Daar el-Qolam.
Sebulan kemudian, atau tepatnya pada hari Sabtu 20 Januari 1968, bertepatan dengan tanggal 9 Syawwal 1338, dimulailah proses belajar mengajar. Pada peringkat awal murid-murid di MMI Daar el-Qolam berjumlah 22 orang. Mereka adalah adik-adik Rifa'i dan beberapa masyarakat sekitar kampung Gintung yang telah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Madrasah Masyariqul Anwar (MMA). Adapun tempat belajar mereka ialah bekas dapur neneknya, Hj. Pengki, yang telah direnovasi.
Tantangan yang dihadapi
Sistem yang diterapkan di pondok pesantren Daar el-Qolam yang baru saja didirikan oleh beliau mengundang reaksi negatif dari masyarakat di kampungnya. Mereka menentang sistem yang dibuat Rifa'i bahkan menganggapnya sebagai mimpi belaka. Mewajibkan santri-santrinya berbahasa Indonesia dan meninggalkan bahasa Sunda, dipandang sebagai mimpi memindahkan Jakarta ke kampung Gintung. Adapun bahasa Arab menurut mereka mimpi yang tidak akan terwujud karena hendak memindahkan Makkah. Saat pengajaran bahasa Inggris dilakukan di pesantren, maka cercaan yang datang lebih keras lagi yaitu mengikuti bahasa orang kafir dan dengan sendirinya Rifa'i juga termasuk kafir. Mereka yang menuduh, memahami hadits Nabi Muhammad SAW secara keliru yaitu : "Barang siapa yang mengikuti sesuatu kaum maka ia termasuk ke dalamnya" (من تشبّه بقوم، فهو منهم).
Dengan kesungguhan dan kesabaran beliau, tantangan yang datang bertubi-tubi itu berlalu begitu saja. Kesungguhan dan kesabaran Rifa'i dalam mendidik mulai menampakkan hasilnya. Pada akhir tahun 1970-an Masehi semakin ramai santri yang datang dari berbagai tempat, tidak hanya masyarakat Gintung dan sekitarnya tetapi juga dari Jakarta, Bandung, Karawang, dan Bekasi meski memang kebanyakan berasal dari daerah Banten seperti Pandeglang, Serang, Rangkasbitung dan Cilegon. Rifa'i juga rajin menjalin komunikasi dan membuka jaringan kepada tokoh-tokoh masyarakat serta meminta nasihat dari guru-gurunya. Terutama berkunjung ke Gontor menemui gurunya, Kiyai Imam Zarkasyi atau pergi ke Serang untuk sekedar bertemu dan meminta pandangan kepada ulama di sana seperti Kiyai Haji Abdul Wahab Afif.
Ketokohannya sebagai pemimpin pondok pesantren mulai tampak ketika itu, ditambah kemampuannya dalam bahasa Arab yang fasih baik lisan ataupun tulisan. Hal inilah yang memudahkan beliau diterima di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Serang, Banten padahal secara formal Gontor tidak mengeluarkan ijazah yang dapat memungkinkan santri-santrinya melanjutkan pelajaran pada peringkat yang lebih tinggi seperti di IAIN. Masalah ini juga dialami oleh adik-adiknya yaitu Huwaenah dan Syahiduddin, yang merupakan adalah alumni pertama pondok pesantren Daar el-Qolam pada tahun 1975. Setelah itu, mereka melanjutkan pengajiannya di IAIN Jakarta hanya dengan ijazah yang ditulis oleh Rifa'i sendiri. Kedua adiknya itu diterima karena mereka mempunyai kemampuan berbahasa Arab dan sudah mempelajari berbagai ilmu dasar keislaman seperti yang tertulis di balik ijazah mereka.
Bagi lulusan pondok pesantren yang beraliran modern seperti Rifa'i, materi kursus pada IAIN bukanlah hal yang sukar. Bahkan pelajaran di pondok pesantren lebih sukar daripada pelajaran di IAIN. Sebagi contoh pelajaran Ushul al-Fiqh (أصول الفقه) di IAIN pada peringkat sarjana muda, menggunakan buku terjemahan bahasa Indonesia. Sedangkan di pondok pesantren baik pondok Gontor ataupun pondok Rifa'i, menggunakan kitab aslinya. Di samping itu, kemampuan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris serta pengetahuan agama Islam yang diperoleh di pondok pesantren sangat membantu pendidikannya.
Mendapat bantuan
Selain Kiyai Imam Zarkasyi, Ahmad Rifa'i sangat menganggumi ketokohan Kiyai Mohammad Natsir, seorang yang tidak asing lagi terutama dalam dunia politik, bahkan beliau pernah menjadi Perdana Menteri Indonesia setelah partai yang dipimpinnya (Masyumi) memenangkan pemilihan umum pada tahun 1955 M. Pada akhir hayatnya beliau meninggalkan dunia politik dan memfokuskan dirinya kepada dunia dakwah dan pendidikan Islam. Pak Natsir juga mengasuh pondok pesantren, di samping itu beliau juga mengetuai organisasi pondok pesantren yang bernama "Rabîthah Maretâhid al-Islâmiyah (RMI)". Melalui organisasi inilah para kiyai dari pondok-pondok pesantren saling berbagi pengalaman dan bertukar wawasan. Rifa'i sendiri sering datang dan meminta nasihat untuk perjuangannya kepada Pak Natsir.
Melihat kesungguhan Rifa'i dalam mengelola pondok pesantren, Pak Natsir melalui ‘RMI’ membantu Rifa’i untuk mendapatkan bantuan dari Kerajaan Arab Saudi. Melalui tangan Pak Natsir itulah pada tahun 1983 M., pondok Daar el-Qolam yang diasuh Rifa’i mendapat bantuan dana sebesar Rp. 64.000.000. Pada masa itu uang sebear itu sangat besar nilainya dan sangat cukup untuk menambah fasilitas pondok dan sarana lainnya. Bantuan dana tersebut digunakan untuk membangun asrama santri yang setelah selesai pembinaanya dinamakan dengan "Gedung Saudi". Setelah itu semakin tampak jelas perkembangan pondoknya. Santri-santri berdatangan dari pelbagai wilayah di Indonesia tidak hanya sebatas pulau Jawa saja, tetapi juga dari Sumatera seperti Lampung, Palembang, Jambi, Bengkulu, Medan dan bahkan dari Nanggro Aceh Darussalam (NAD). Selain mereka ada juga santrinya yang berasal dari Malaysia dan Thailand.
Ekspansi
Pada tahun 1989 M. beliau mulai melakukan ekspansi pondoknya. Ia membuka sebuah tempat di pedalaman Banten sebelah selatan. Dipilihnya lokasi yang sangat indah, di antara pegunungan dan air yang mengalir deras nan jernih. Ia membuka lahan itu dan memberinya nama Parakansantri yang artinya perkampungan santri. Di sinilah ia mendirikan pondoknya yang kedua yang diberi nama "La Tansa" yang maksudnya "fokuskan akhirat tetapi jangan melupakan dunia".
Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan tidak berhenti sampai di situ. Pada akhir tahun 1993 M ia mulai mengagas berdirinya pendidikan tinggi sebagai pusat ilmu dan pengabdian kepada masyarakat. Maka ia mendirikan "Sekolah Tinggi La Tansa Mashira". Adapun fakultas yang dirancang ialah fakultas dakwah, fakultas pendidikan dan fakulas pertanian.
Pada tahun 1995 Masehi, Rifa'i kembali mengagas berdirinya sebuah pondok pesantren dengan nuansa wisata. Dipilihnya tempat yang indah di tepi pantai. Di tempat itu ia mendirikan villa dan resort yang cukup mewah. Tujuannya adalah pondok itu tidak hanya sebagai tempat untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga untuk tafakkur serta tadabbur terhadap keagungan ciptaan Allah SWT. Oleh sebab itu di samping menikmati keindahan alam, pondok itu juga mengajarkan pengetahuan keislaman, memantapkan akidah dan mengisi emosional dan spiritual. Maka itu pondok itu diberinya nama "Pondok Pesantren La Lahwa", yang maksudnya "jangan lalai dengan dunia."
Kunjungan dari beberapa orang terkenal
Pondok-pondok Rifa’i sering dikunjungi oleh para tamu baik dari dalam negara ataupun luar negari. Seperti utusan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, serta Menteri Agama Islam Malaysia pada tahun 1995. Selain mereka, juga beberapa menteri pada era presiden Suharto juga pernah berkunjung ke pondoknya dalam rangka acara hari jadi (milad) Daar el-Qolam yang ke-25 pada tahun 1994 M. Seperti Menteri Agama Dr. Tarmizi Taher, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Dr. Hayono Isman, Menteri Penerangan Harmoko dan lain sebagainya.
Lebih kurang 30 tahun beliau membangun dan mengelola institusi pendidikannya yang semakin mendapat kepercayaan dari masyarkat. Akibat dari itu masa yang dimilikinya semakin terbatas. Sebagai sebuah usaha regenerasi dan kaderisasi, ia menempatkan adik-adiknya pada pondok-pondok yang telah ia dirikan untuk membantu tugas-tugasnya.
Akhir hayat dan proses peralihan kepemimpinan
Pada tahun 1997 semua karya-karya itu sudah berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Namun, beliau sadar bahwa karya-karya itu akan semakin menambah beban dan fikirannya. Meskipun ia menyerahkan kepada kader-kadernya, bukan berarti ia meninggalkannya sama sekali. Ia mesti mengunjungi 3 institusi pendidikan yang dibangunnya kecuali Daar el-Qolam yang memang dekat dengan rumahnya. Pada masa itulah ia selalu pergi balik ke Gintung – Rangkasbitung atau Gintung – Labuan yang berjarak lebih kurang 35 KM. Setiap kali pergi untuk mengawasi pondok-pondoknya, Rifa'i selalu diantar oleh supir pribadinya, Wawan Ridwan.
Selain berkunjung ke pondok-pondoknya, Rifa’i juga disibukkan dengan undangan acara atau pertemuan tertentu. Namun, ia tidak berkenan memenuhi undangan ceramah di luar pondoknya sendiri, kecuali yang menjemputnya adalah santri-santrinya. Pernah seorang wartawan televisi swasta memintanya untuk berceramah di layar Televisi, tetapi ia menolak. Alasannya ia tidak mau terkenal dan pondoknya tidak boleh terkenal karena dirinya. Dalam sebuah acara kunjungan Ra’is bi’thah al-Azhar al-Syarîf (ketua utusan Universitas al-Azhar Cairo Mesir) ke pondoknya pada tahun 1996, beliau menegaskan dalam ucapan sambutannya yang disampaikan dalam bahasa Arab yang maksudnya sebagai berikut "Walaupun Rifa'i mati pondok ini tidak boleh mati, ia mesti tetap hidup dengan sistemnya bukan dengan kiyainya".
Kesibukan Kiyai Rifa’i semakin banyak khususnya pada setiap bulan Juni. Sebab pada bulan itu banyak kegiatan di pondok-pondoknya seperti amaliah al-tadrîs (praktik mengajar) khusus untuk santri kelas akhir di mana ia bertindak sebagai musyrîf `amm (pembimbing umum) yang mesti mengoreksi rancangan mengajar santri-santrinya yang telah ditulis dalam bahasa Arab dan Inggris. Pada tahun 1997 M. lebih kurang 200 rancangan mengajar (i`dad) santri kelas terakhir mesti ia koreksi. Setelah I`dad itu mendapat kelulusan dari musyrif pertama pertama dan keduanya. Jika telah mendapatkan kelulusan dari kiyainya, mereka baru boleh mengajar itupun masih diawasi oleh musyrif pertama dan keduanya.
Selain itu acara yang cukup menyibukkan setiap tahun ialah Khutbah al- Wada` dan Tafwîdl al-Syahâdah. Pada acara tersebut, ia mesti menyampaikan khutbah terakhirnya di hadapan para santri dan orang tua mereka, sekaligus menyerahkan ijazah sebagai tanda berakhirnya pelajaran para santri kelas akhir di pondok pesantren.
Pada hari Sabtu 14 Juni 1997 M, di Pondok Pesantren La Tansa ia menyampaikan khutbah atau nasehat terakhirnya di hadapan santri dan orang tua mereka. Setelah itu ia kembali ke rumahnya di Gintung, karena esoknya ia mesti menyampaikan "kuliah etiket" kepada santri-santrinya yang akan pulang ke rumah mereka dalam rangka libur akhir tahun ajaran 1996/1997.
Pada Ahad 15 Juni 1997 pukul 07.00 pagi, Rifa’i menuju aula pondok. Wajah kira-kira 2000 santri kelihatan ceria menunggu kedatangan beliau apalagi hari tersebut adalah dimulainya liburan akhir tahun pelajaran. Mereka tidak sabar mendengar pesan dan nasihat kiyainya sebagai bekal mengisi masa liburan di rumah. Para guru juga sudah menunggu beliau di depan pintu sekretariat pondok. Sekitar pukul 07.15 pagi, beliau datang memakai jas biru tua dengan baju putih dan celana panjang dengan warna yang sama dengan jasnya. Dasi dan peci menambah keserasian busananya pagi itu. Seperti biasa ia memberikan nasihat kepada santri-santrinya tentang bagaimana mengisi masa libur dengan baik. Nunik Nurjannah, salah seorang santrinya, yang juga ketika itu sebagai ketua organisasi pelajar putri pondok pesantren Daar el-Qolam masa bakti 1997-1998 M., mencatat nasihat-nasihat kiyainya dalam buku hariannya. Salah satu pesan kiyainya yang ia tulis adalah "anak-anakku yang perempuan, janganlah sekali-kali kalian melepaskan jilbab di hadapan khalayak umum".
Pukul 09.00 pagi beliau telah selesai memberikan ceramah, kemudian meninggalkan aula dan kembali ke rumahnya. Di rumahnya sudah menunggu beberapa orang tua murid yang juga hendak berpamitan pulang membawa anaknya. Setelah itu beliau istirahat di kamarnya, sebelum itu ia minta dipijat oleh anaknya, Ahmad Faisal Hadziq.
Pada pukul 1.30 siang, Faisal mengetuk pintu kamar ayahnya. Ia hendak memberitahu bahwa ada tamu yang telah menunggunya. Tamu tersebut adalah Ibu Farida Hanum yang selama itu bekerjasama dengan beliau dalam program pembelajaran komputer untuk para santrinya. Ibu Farida datang dihantar adik iparnya, Ade Zamzami. Ketika anaknya (Faisal) membuka pintu kamarnya, ia terperanjat, sebab melihat ayahnya terbaring di atas sajadah dengan pakaian salat (berkain dan berpeci). Kemudian ia memanggil ibu dan saudara-saudaranya yang ada di sekitar rumah. Rifa'i langsung dilarikan ke rumah sakit ‘al-Qadr’, Karawaci, Tangerang yang berjarak sekitar 20 km dari rumahnya. Setibanya di rumah sakit tersebut, dokter menyatakan bahwa ia telah meninggal dunia akibat serangan jantung.
Hari itu, Ahad 15 Juni 1997 M, pukul 12.30 tengah hari ribuan orang berbondong-bondong mendatangi rumah beliau. Berita kematiannya muncul pada siaran berita terakhir Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI). Jenazah almarhum disemayamkan di rumahnya. Keesokan harinya, Senin 16 Juni 1997 M, pukul 10.00 pagi beliau dimakamkan. Surat kabar nasional Republika, juga memberitakan kematiannya pada 17 Juni 1997 M.
Selanjutnya, pada hari Selasa 17 Juni 1997 M, diadakan musyawarah keluarga yang membahas penerus beliau sebagai pimpinan pesantren. Musyawarah itu dihadiri juga Kiyai Abdullah Syukri Zarkasyi, anak dari guru Rifai, Kiyai Imam Zarkasyi. Abdullah Syukri adalah sahabat kiyai Rifai ketika belajar di pondok Gontor, yang juga salah seorang dari 3 pimpinan pondok Gontor. Ia diangkat oleh badan wakaf Gontor untuk menggantikan ayahnya yang meninggal dunia pada tahun 1985 M. Semasa hidupnya, Rifa'i sering berjumpa dengan Pak Syukri baik di Gontor ataupun di tempat-tempat lain. Begitu pula Pak Syukri beberapa kali mengunjungi pondok Rifa'i.
Rifa'i memang tidak menyampaikan wasiat kepada keluarganya, tetapi ia pernah menyampaikannya kepada Pak Syukri, bahwa yang kelak akan menggantikannya ialah adik lelaki beliau yaitu Ahmad Syahiduddin dan anak lelakinya Adrian Mafatihullah Karim. Musyawah tersebut memutuskan pengganti beliau seperti yang diwasiatkan kepada Kiyai Syukri. Syahiduddin kemudian meminta kepada kakaknya, Huwaenah untuk membantunya mengurus santri-santri putri. Setelah salat dzuhur langsung diadakan pelantikan di masjid pondok. Ahmad Syahiduddin dan Enah Huwaenah adalah lulusan angkatan pertama pondok pesantren Daar el-Qolam. Sementara itu, Adrian, putra Rifa'i, juga lulusan pondok yang sama pada angkatan ke-17. Akhirnya mereka bertiga yang melanjutkan kepemimpinan Ahmad Rifa'i Arief.

Alifia Ikutan Nari katanya